|
Foto Ilustrasi Perang Khaibar (sumber : https://www.sindonews.com) |
Diriwayatkan oleh Imam At-Thabrani dalam kitab al-Mu'jam al-Kabir. Dikisahkan bahwa ada seorang laki-laki yang berasal dari Arab Badui (Badui ialah orang yang tinggal di pinggiran kota atau pelosok. Artinya ia tidak banyak mengetahui keadaan Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari) datang menjumpai Rasulullah untuk beriman masuk Islam dan mengikuti ajaran beliau.
Suatu ketika, seorang laki-laki Arab Badui ini mengikuti Rasulullah bersama para sahabat untuk melakukan peperangan melawan umat Yahudi di Khaibar (Perang Khaibar). Singkatnya setelah peperangan di hari tersebut berakhir, para sahabat dan umat muslim lain yang mengikuti peperangan kemudian diberikan ghanimah (harta hasil rampasan perang) oleh Rasulullah Saw, tanpa terkecuali si laki-laki Arab Badui ini yang dikirimkan oleh rasul melalui salah satu sahabat.
Baca juga :
Dahsyatnya Kalimat Tahlil Sebagai Kunci Pembuka Pintu Surga
Lantas kemudian orang Arab Badui tersebut bertanya kepada sahabat
"Apa ini?"
Sahabat menjawab
"ini adalah bagian yang dibagikan oleh Rasulullah untukmu"
Lalu kemudian ghanimah tersebut diambil oleh si Arab Badui namun bukan untuk dirinya, melainkan untuk dibawa kembali kepada Rasulullah.
Setelah bertemu dengan Rasulullah, orang Arab Badui tersebut kembali bertanya kepada Rasul
"Yaa Rasulullah... apa ini?" Padahal sebenarnya orang Baduy tersebut telah mengetahuinya (Maksudnya ialah, "Ya Rasulullah kenapa harus sampai memberikan ghanimah")
Kemudian Rasulullah menjawab
"Itu adalah bagian yang aku berikan kepadamu"
Orang Baduy tersebut kemudian berkata
"Ya Rasulullah.., bukan untuk ini aku mengikutimu, bukan untuk ini aku menjadi muslim dan membaiat mu sebagai nabiku, tapi alasanku mengikutimu ialah karena aku berharap pada saat perang nanti aku terbunuh oleh busur panah yang menembus leherku, kemudian aku mati dalam keadaan syahid dan masuk surga."
Kemudian apa kata Rasul?
اِنْ تَصْدُقِّ اللَّهَ يَصْدُقْك
Yang maknanya, "Jika engkau yakin karena Allah dengan niatmu itu, maka Allah akan memperteguh niatmu".
Singkat cerita, tidak lama setelah kejadian itu terjadilah kembali sebuah peperangan. Dan Rasulullah melihat seseorang dari barisannya terkapar dengan busur panah menancap di tenggorokannya.
Lantas kemudian Rasulullah bertanya kepada salah seorang sahabat
"apakah itu adalah orang Badui yang datang kepadaku beberapa waktu lalu?"_
Sahabat menjawab
"Betul ya Rasulullah, dialah orangnya."
Kemudian Rasulullah berkata
"sesungguhnya ia telah mencapai niatnya, dan aku menjadi saksi atas kesyahidannya"
Akhirnya si Arab Badui tersebut benar-benar mendapatkan apa yang dia niatkan, meninggal dalam keadaan persis seperti yang diinginkannya, dan menjadi syahid dalam peperangan tersebut.
Pelajaran yang dapat diambil
Dari kisah seorang Arab Badui tersebut, hal yang sepatutnya kita ambil dan dijadikan pelajaran ialah mengenai
صِدْقُ النِّيَتِ
Menjujurkan niat/memperteguh niat. Yang juga sejalan dengan hadis nabi pertama dalam kitab Arbain an-Nawawi
إِنَّمَااْلأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ
(Amalan itu hanya tergantung pada niat)
Maka apapun yang menjadi tujuan dan rencana kita kedepan. "Saya ingin lanjut studi S2 di luar negeri", "Saya ingin menjadi Entrepreneur", "Saya ingin menunaikan ibadah haji", dsb. Maka pegang dan perteguhlah tujuan dan rencana tersebut dengan niat yang benar, kuatkan! Tekadkan! dan masukan niat tersebut kedalam doa-doa di dalam shalat.
فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ